Jumat, Juni 24, 2011

Penyelesaian Soal-soal Fisika dalam Buku Marthen Kanginan.


Sains tanpa agama adalah pincang, dan agama tanpa sains adalah buta.

DETIK-DETIK PEMBOMAN HIROSHIMA 9 AGUSTUS 1945
Sains tanpa agama adalah pincang, dan agama tanpa sains adalah buta.
(Science without religion is lame, and religion without science is blind).

ALBERT EINSTEIN DAN KEMERDEKAAN INDONESIA

Prof. Dr. Albert Einstein (14-03-1879 — 18-05-1955), ahli fisika keturunan Yahudi, kelahiran Ulm, Jerman Selatan. Ketika kaum Nazi berkuasa, pada 1930 ia memilih untuk memenuhi undangan untuk menjadi dosen di Princeton, Amerika Serikat, ketimbang bekerja untuk Hitler.
Albert Einstein adalah pencetus Teori Relativitas | Kenisbian (the Theory of Relativity), yang telah mengubah dunia klasik ke modern. Teori Relativitas Khusus (the Special Theory of Relativity, 1905) yang sangat terkenal dengan formula E=m.c^2 (Energy = Mass of Matter x power of two of constant velocity of light in vacuo), dan Teori Relativitas Umum (the General Theory of Relativity, 1917) tentang interaksi semesta.

Ketikapecah Perang Dunia II, pada 2 Agustus 1939, ia menulis surat kepadapresiden AS ke32 yang terpilih 3X waktu itu (1933-1945), FranklinDelano Roosevelt (1882-1945), menyatakan kekhawatirannya bahwa Hitlerkemungkinan besar akan merealisasi Teori Relativitas temuannya, untukmengembangkan senjata nuklir, memenangkan perang dan menguasai dunia.
PresidenRoosevelt mengantipisasi kemungkinan ini dan memutuskan untuk melakukanpengembangan tenaga nuklir untuk persejataan perang. Pada 1942,jenderal Leslie R. Groves ditugaskan untuk bertanggungjawab atas proyeksenjata nuklir yang disebut 'Manhattan Project', pada lokasi yangsekarang terkenal sebagai 'Manhattan District of the Army Corps ofScientists and Engineers.
Proyek ini membuahkan sejenis bombaru, yaitu bom fisi-fusi (fission-fusion), dimana satu bom nuklir(nuclear bomb) ditempatkan dalam satu bom atomik (atomic bomb), karenabom nuklir hanya bisa diledakan melalui panas ledakan bom atomik. Perludiketahui bahwa energi fusi ledakan bom nuklir bisa ribuan hinggajutaan kali lebih dahsyat daripada energi fisi ledakan bom atomik.
Konsepdasar cara energi dihasilkan, membedakan bom nuklir dan bom atomik. Bomnuklir adalah bom fusi nuklir panas (thermal fussion), dimana energidihasilkannya diperoleh dari pengubahan masa materi sebagai akibat daripenggabungan paksa inti atom pada tekanan dan suhu panas ekstrim tinggiyang terjadi ketika berlangsung ledakan bom atomik. Sedangkan bomatomik adalah bom fisi, dimana energi panas dihasilkannya diperolehdari pengubahan masa materi sebagai akibat dari pemisahan inti atompada tekanan tinggi yang dihasilkan dari denotator yang meledak padabenturan keras pada kecepatan tinggi yang terjadi ketika bom atomikdiluncurkan dan menabrak sasaran.
Pada jam 15:30 AM, 16 Juli1945, dilakukan uji-coba pertama bom nuklir pertama di pangkalan udaraAlamogardo, New Mex, yang dikenal sebagai 'Trinity Explosion'. Dengansuksesnya proyek ini, AS mengambil keputusan untuk segeramenggunakannya dalam Perang Dunia II. Pada akhrir Juli, berhasil dibuatdua buah bom nuklir-atomik berkekuatan 20 KiloTon yang setara dengankekuatan 20.000 ton TNT [ TriNitroToluene: C6H2(CH3)(NO2)3 ]. 1 ton TNTsetara 1 milyar (1.000.000.000) kalori energi.
Pada jam 15:30AM, 16 Juli 1945, dilakukan uji-coba pertama bom nuklir pertama dipangkalan udara Alamogardo, New Mex, yang dikenal sebagai 'TrinityExplosion'. Dengan suksesnya proyek ini, AS mengambil keputusan untuksegera menggunakannya dalam Perang Dunia II. Pada akhir Juli, berhasildibuat dua buah bom nuklir-atomik berkekuatan 20 KiloTon yang setaradengan kekuatan 20.000 ton TNT [ TriNitroToluene: C6H2(CH3)(NO2)3 ]. 1ton TNT setara 1 milyar (1.000.000.000) kalori energi.
Pada 6dan 9 Agustus 1945, dua bom nuklir-atomik ini dijatuhkan pesawat bomberAS, masing-masing di Hiroshima dan Nagasaki, dan membumihanguskanseluruh pertahanan Jepang, yang membuat Jepang terpaksa bertekuk lututpada Sekutu. Invasi Jepang di Indonesia pun lumpuh. Perang DuniaBerakhir pada 14 Agustus 1945, demikian juga penjajahan Jepang diIndonesia. Dan Indonesia pun memproklamirkan kemerdekaan pada 17Agustus 1945.

PEMBOMAN HIROSHIMA DAN NAGASAKI 9 AGUSTUS 1945

Apapun kata orang atau alasannya, secara implikasi logis kausalitas atauhukum sebab-akibat, seandainya tak ada Einstein, Amerika tidak ataubelum berhasil membuat bom nuklir pada 17 Juli 1945, dan Indonesiamungkin tidak atau belum merdeka pada 17 Agustus 1945. KemerdekaanIndonesia memang adalah Rahmat Tuhan YME, dan Tuhan memberikan jalannyamelalui realisasi Teori Relativatitas Einstein dalam proyek bom nuklirAS.
Einstein secara bathin terpukul keras, ia salah memprediksikeberhasilan Jerman, karena Jerman menyerah pada Mei 1945, sebelumJerman atau pun Sekutu berhasil membuat bom nuklir. Sementara itupresiden Roosevelt telah meninggal karena depresi berat sebulansebelumnya, dan digantikan oleh presiden Harry S. Truman, yangbersikeras tetap memerintahkan pemboman nuklir di Jepang.
Einsteinsangat berduka atas realisasi teorinya yang telah digunakan AS untukpeperangan, karena ia sangat menyintai perdamaian dan kemanusiaan. Iaadalah pendukung gerakan humatarian yang dilakukan Zionisme pada masaitu. Bertahuntahun ia telah memupuk teorinya, tapi bertahuntahun pulaia menyesali dirinya menjelang akhir hidupnya. Pada 1952, Einsteinmenolak keras ketika ia dicalonkan untuk jadi presiden Israel atasundangan David Ben-Gurion, untuk menggantikan Dr. Chaim Weizmann.Sepuluh tahun kemudian setelah peristiwa Hiroshima - Nagasaki, iameninggal di Princeton, AS, dengan duka sangat teramat dalam yangmeyalib jiwanya.
Kita sebagai bangsa Indonesia, dalam rangkamemperingati kemerdekaan, patut mengenang jasa Einstein, karena iapunya andil dalam merdekanya Republik ini, terlepas dari dia seorangZionis Yahudi atau bukan!

Sabtu, Januari 22, 2011

Penerapan Model Pembelajaran ARIAS Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika Siswa

Yohanes Vianei Dore Ola, S.Pd
Model Pembelajaran ARIAS
Model pembelajaran ARIAS merupakan modifikasi dari model ARCS. Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction), dikembangkan oleh Keller dan Kopp (1987: 2-9) sebagai jawaban pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi dan hasil belajar. Model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy value theory) yang mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicapai dan harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu. Dari dua komponen tersebut oleh Keller dikembangkan menjadi empat komponen. Keempat komponen model pembelajaran itu adalah attention, relevance, confidence dan satisfaction dengan akronim ARCS (Keller dan Kopp, 1987: 289-319).
Model pembelajaran ini menarik karena dikembangkan atas dasar teori-teori belajar dan pengalaman nyata para instruktur (Bohlin, 1987: 11-14). Namun demikian, pada model pembelajaran ini tidak ada evaluasi (assessment), padahal evaluasi merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran. Evaluasi yang dilaksanakan tidak hanya pada akhir kegiatan pembelajaran tetapi perlu dilaksanakan selama proses kegiatan berlangsung. Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang dicapai atau hasil belajar yang diperoleh siswa (DeCecco, 1968: 610). Evaluasi yang dilaksanakan selama proses pembelajaran menurut Saunders et al. seperti yang dikutip Beard dan Senior (1980: 72) dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Mengingat pentingnya evaluasi, maka model pembelajaran ini dimodifikasi dengan menambahkan komponen evaluasi pada model pembelajaran tersebut.
Dengan modifikasi tersebut, model pembelajaran yang digunakan mengandung lima komponen yaitu: attention (minat/perhatian); relevance (relevansi); confidence (percaya/yakin); satisfaction (kepuasan/bangga), dan assessment (evaluasi). Modifikasi juga dilakukan dengan penggantian nama confidence menjadi assurance, dan attention menjadi interest. Penggantian nama confidence (percaya diri) menjadi assurance, karena kata assurance sinonim dengan kata self-confidence (Morris, 1981: 80). Dalam kegiatan pembelajaran guru tidak hanya percaya bahwa siswa akan mampu dan berhasil, melainkan juga sangat penting menanamkan rasa percaya diri siswa bahwa mereka merasa mampu dan dapat berhasil. Demikian juga penggantian kata attention menjadi interest, karena pada kata interest (minat) sudah terkandung pengertian attention (perhatian). Dengan kata interest tidak hanya sekedar menarik minat/perhatian siswa pada awal kegiatan melainkan tetap memelihara minat/perhatian tersebut selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Untuk memperoleh akronim yang lebih baik dan lebih bermakna maka urutannya pun dimodifikasi menjadi assurance, relevance, interest, assessment dan satisfaction. Makna dari modifikasi ini adalah usaha pertama dalam kegiatan pembelajaran untuk menanamkan rasa yakin/percaya pada siswa. Kegiatan pembelajaran ada relevansinya dengan kehidupan siswa, berusaha menarik dan memelihara minat/perhatian siswa. Kemudian diadakan evaluasi dan menumbuhkan rasa bangga pada siswa dengan memberikan penguatan (reinforcement). Dengan mengambil huruf awal dari masing-masing komponen menghasilkan kata ARIAS sebagai akronim. Oleh karena itu, model pembelajaran yang sudah dimodifikasi ini disebut model pembelajaran ARIAS.

Komponen Model Pembelajaran ARIAS
Seperti yang telah dikemukakan model pembelajaran ARIAS terdiri dari lima komponen (assurance, relevance, interest, assessment, dan satisfaction) yang disusun berdasarkan teori belajar. Kelima komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Deskripsi singkat masing-masing komponen dan beberapa contoh yang dapat dilakukan untuk membangkitkan dan meningkatkannya kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.
Komponen pertama model pembelajaran ARIAS adalah assurance (percaya diri), yaitu berhubungan dengan sikap percaya, yakin akan berhasil atau yang berhubungan dengan harapan untuk berhasil (Keller, 1987: 2-9). Menurut Bandura seperti dikutip oleh Gagne dan Driscoll (1988: 70) seseorang yang memiliki sikap percaya diri tinggi cenderung akan berhasil bagaimana pun kemampuan yang ia miliki. Sikap di mana seseorang merasa yakin, percaya dapat berhasil mencapai sesuatu akan mempengaruhi mereka bertingkah laku untuk mencapai keberhasilan tersebut. Sikap ini mempengaruhi kinerja aktual seseorang, sehingga perbedaan dalam sikap ini menimbulkan perbedaan dalam kinerja. Sikap percaya, yakin atau harapan akan berhasil mendorong individu bertingkah laku untuk mencapai suatu keberhasilan (Petri, 1986: 218). Siswa yang memiliki sikap percaya diri memiliki penilaian positif tentang dirinya cenderung menampilkan prestasi yang baik secara terus menerus (Prayitno, 1989: 42). Sikap percaya diri, yakin akan berhasil ini perlu ditanamkan kepada siswa untuk mendorong mereka agar berusaha dengan maksimal guna mencapai keberhasilan yang optimal. Dengan sikap yakin, penuh percaya diri dan merasa mampu dapat melakukan sesuatu dengan berhasil, siswa terdorong untuk melakukan sesuatu kegiatan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat mencapai hasil yang lebih baik dari sebelumnya atau dapat melebihi orang lain. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mempengaruhi sikap percaya diri adalah:
- Membantu siswa menyadari kekuatan dan kelemahan diri serta menanamkan pada siswa gambaran diri positif terhadap diri sendiri. Menghadirkan seseorang yang terkenal dalam suatu bidang sebagai pembicara, memperlihatkan video tapes atau potret seseorang yang telah berhasil (sebagai model), misalnya merupakan salah satu cara menanamkan gambaran positif terhadap diri sendiri dan kepada siswa. Menurut Martin dan Briggs (1986: 427-433) penggunaan model seseorang yang berhasil dapat mengubah sikap dan tingkah laku individu mendapat dukungan luas dari para ahli. Menggunakan seseorang sebagai model untuk menanamkan sikap percaya diri menurut Bandura seperti dikutip Gagne dan Briggs (1979: 88) sudah dilakukan secara luas di sekolah-sekolah.
- Menggunakan suatu patokan, standar yang memungkinkan siswa dapat mencapai keberhasilan (misalnya dengan mengatakan bahwa kamu tentu dapat menjawab pertanyaan di bawah ini tanpa melihat buku).
- Memberi tugas yang sukar tetapi cukup realistis untuk diselesaikan/sesuai dengan kemampuan siswa (misalnya memberi tugas kepada siswa dimulai dari yang mudah berangsur sampai ke tugas yang sukar). Menyajikan materi secara bertahap sesuai dengan urutan dan tingkat kesukarannya menurut Keller dan Dodge seperti dikutip Reigeluth dan Curtis dalam Gagne (1987: 175-202) merupakan salah satu usaha menanamkan rasa percaya diri pada siswa.
- Memberi kesempatan kepada siswa secara bertahap mandiri dalam belajar dan melatih suatu keterampilan.
Komponen kedua model pembelajaran ARIAS, relevance, yaitu berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang berhubungan dengan kebutuhan karir sekarang atau yang akan datang (Keller, 1987: 2-9). Siswa merasa kegiatan pembelajaran yang mereka ikuti memiliki nilai, bermanfaat dan berguna bagi kehidupan mereka. Siswa akan terdorong mempelajari sesuatu kalau apa yang akan dipelajari ada relevansinya dengan kehidupan mereka, dan memiliki tujuan yang jelas. Sesuatu yang memiliki arah tujuan, dan sasaran yang jelas serta ada manfaat dan relevan dengan kehidupan akan mendorong individu untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan tujuan yang jelas mereka akan mengetahui kemampuan apa yang akan dimiliki dan pengalaman apa yang akan didapat. Mereka juga akan mengetahui kesenjangan antara kemampuan yang telah dimiliki dengan kemampuan baru itu sehingga kesenjangan tadi dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan sama sekali (Gagne dan Driscoll, 1988: 140).
Dalam kegiatan pembelajaran, para guru perlu memperhatikan unsur relevansi ini. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan relevansi dalam pembelajaran adalah:
- Mengemukakan tujuan sasaran yang akan dicapai. Tujuan yang jelas akan memberikan harapan yang jelas (konkrit) pada siswa dan mendorong mereka untuk mencapai tujuan tersebut (DeCecco,1968: 162). Hal ini akan mempengaruhi hasil belajar mereka.
- Mengemukakan manfaat pelajaran bagi kehidupan siswa baik untuk masa sekarang dan/atau untuk berbagai aktivitas di masa mendatang.
- Menggunakan bahasa yang jelas atau contoh-contoh yang ada hubungannya dengan pengalaman nyata atau nilai- nilai yang dimiliki siswa. Bahasa yang jelas yaitu bahasa yang dimengerti oleh siswa. Pengalaman nyata atau pengalaman yang langsung dialami siswa dapat menjembataninya ke hal-hal baru. Pengalaman selain memberi keasyikan bagi siswa, juga diperlukan secara esensial sebagai jembatan mengarah kepada titik tolak yang sama dalam melibatkan siswa secara mental, emosional, sosial dan fisik, sekaligus merupakan usaha melihat lingkup permasalahan yang sedang dibicarakan (Semiawan, 1991). (4) Menggunakan berbagai alternatif strategi dan media pembelajaran yang cocok untuk pencapaian tujuan. Dengan demikian dimungkinkan menggunakan bermacam-macam strategi dan/atau media pembelajaran pada setiap kegiatan pembelajaran.
Komponen ketiga model pembelajaran ARIAS, interest, adalah yang berhubungan dengan minat/perhatian siswa. Menurut Woodruff seperti dikutip oleh Callahan (1966: 23) bahwa sesungguhnya belajar tidak terjadi tanpa ada minat/perhatian. Keller seperti dikutip Reigeluth (1987: 383-430) menyatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran minat/perhatian tidak hanya harus dibangkitkan melainkan juga harus dipelihara selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan berbagai bentuk dan memfokuskan pada minat/perhatian dalam kegiatan pembelajaran. Herndon (1987:11-14) menunjukkan bahwa adanya minat/perhatian siswa terhadap tugas yang diberikan dapat mendorong siswa melanjutkan tugasnya. Siswa akan kembali mengerjakan sesuatu yang menarik sesuai dengan minat/perhatian mereka. Membangkitkan dan memelihara minat/perhatian merupakan usaha menumbuhkan keingintahuan siswa yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.
Minat/perhatian merupakan alat yang sangat berguna dalam usaha mempengaruhi hasil belajar siswa. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membangkitkan dan menjaga minat/perhatian siswa antara lain adalah:
- Menggunakan cerita, analogi, sesuatu yang baru, menampilkan sesuatu yang lain/aneh yang berbeda dari biasa dalam pembelajaran.
- Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran, misalnya para siswa diajak diskusi untuk memilih topik yang akan dibicarakan, mengajukan pertanyaan atau mengemukakan masalah yang perlu dipecahkan.
- Mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran misalnya menurut Lesser seperti dikutip Gagne dan Driscoll (1988: 69) variasi dari serius ke humor, dari cepat ke lambat, dari suara keras ke suara yang sedang, dan mengubah gaya mengajar.
- Mengadakan komunikasi nonverbal dalam kegiatan pembelajaran seperti demonstrasi dan simulasi yang menurut Gagne dan Briggs (1979: 157) dapat dilakukan untuk menarik minat/perhatian siswa.
Komponen keempat model pembelajaran ARIAS adalah assessment, yaitu yang berhubungan dengan evaluasi terhadap siswa. Evaluasi merupakan suatu bagian pokok dalam pembelajaran yang memberikan keuntungan bagi guru dan murid (Lefrancois, 1982: 336). Bagi guru menurut Deale seperti dikutip Lefrancois (1982: 336) evaluasi merupakan alat untuk mengetahui apakah yang telah diajarkan sudah dipahami oleh siswa; untuk memonitor kemajuan siswa sebagai individu maupun sebagai kelompok; untuk merekam apa yang telah siswa capai, dan untuk membantu siswa dalam belajar. Bagi siswa, evaluasi merupakan umpan balik tentang kelebihan dan kelemahan yang dimiliki, dapat mendorong belajar lebih baik dan meningkatkan motivasi berprestasi (Hopkins dan Antes, 1990:31). Evaluasi terhadap siswa dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang telah mereka capai. Apakah siswa telah memiliki kemampuan seperti yang dinyatakan dalam tujuan pembelajaran (Gagne dan Briggs, 1979:157). Evaluasi tidak hanya dilakukan oleh guru tetapi juga oleh siswa untuk mengevaluasi diri mereka sendiri (self assessment) atau evaluasi diri. Evaluasi diri dilakukan oleh siswa terhadap diri mereka sendiri, maupun terhadap teman mereka. Hal ini akan mendorong siswa untuk berusaha lebih baik lagi dari sebelumnya agar mencapai hasil yang maksimal. Mereka akan merasa malu kalau kelemahan dan kekurangan yang dimiliki diketahui oleh teman mereka sendiri. Evaluasi terhadap diri sendiri merupakan evaluasi yang mendukung proses belajar mengajar serta membantu siswa meningkatkan keberhasilannya (Soekamto, 1994). Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Martin dan Briggs seperti dikutip Bohlin (1987: 11-14) bahwa evaluasi diri secara luas sangat membantu dalam pengembangan belajar atas inisiatif sendiri. Dengan demikian, evaluasi diri dapat mendorong siswa untuk meningkatkan apa yang ingin mereka capai. Ini juga sesuai dengan apa yang dikemukakan Morton dan Macbeth seperti dikutip Beard dan Senior (1980: 76) bahwa evaluasi diri dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh karena itu, untuk mempengaruhi hasil belajar siswa evaluasi perlu dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan evaluasi antara lain adalah:
  • Mengadakan evaluasi dan memberi umpan balik terhadap kinerja siswa.
  • Memberikan evaluasi yang obyektif dan adil serta segera menginformasikan hasil evaluasi kepada siswa.
  • Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap diri sendiri.
  • Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap teman.
Komponen kelima model pembelajaran ARIAS adalah satisfaction yaitu yang berhubungan dengan rasa bangga, puas atas hasil yang dicapai. Dalam teori belajar satisfaction adalah reinforcement (penguatan). Siswa yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai sesuatu merasa bangga/puas atas keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan kebanggaan itu menjadi penguat bagi siswa tersebut untuk mencapai keberhasilan berikutnya (Gagne dan Driscoll, 1988: 70). Reinforcement atau penguatan yang dapat memberikan rasa bangga dan puas pada siswa adalah penting dan perlu dalam kegiatan pembelajaran (Hilgard dan Bower, 1975:561). Menurut Keller berdasarkan teori kebanggaan, rasa puas dapat timbul dari dalam diri individu sendiri yang disebut kebanggaan intrinsik di mana individu merasa puas dan bangga telah berhasil mengerjakan, mencapai atau mendapat sesuatu. Kebanggaan dan rasa puas ini juga dapat timbul karena pengaruh dari luar individu, yaitu dari orang lain atau lingkungan yang disebut kebanggaan ekstrinsik (Keller dan Kopp, 1987: 2-9). Seseorang merasa bangga dan puas karena apa yang dikerjakan dan dihasilkan mendapat penghargaan baik bersifat verbal maupun nonverbal dari orang lain atau lingkungan. Memberikan penghargaan (reward) menurut Thorndike seperti dikutip oleh Gagne dan Briggs (1979).

Siswa papua yang telah menguasai Matematika dengan metoda Matematika Gasing

Matematika Gasing Penjumlahan beberapa angka satuan.flv